PEMUPUKAN KELAPA SAWIT


Upaya peningkatan produksi dan mutu TBS dipengaruhi oleh kandungan hara dalam tanaman. Tinggi rendahnya kandungan hara akan menentukan tingkat optimum pertumbuhan dan produksi tanaman. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan penggunaan pupuk, umumnya dilakukan analisa tanah dan daun.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan/aplikasi pemupukan pada pertanaman kelapa sawit mempunyai kontribusi terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GHG). Menurut IPCC National Greenhouse Gas, bahwa 1 % dari pemupukan N hilang sebagai N2O, bahkan 4 %.

Serapan hara nitrogen oleh tanaman sawit yang tumbuh pada tanah mineral masam Bengkulu mendekati kisaran kandungan hara yang dapat memberikan hasil yang optimum tandan buah sawit (TBS). Tetapi serapan hara fosfor dan kalium berada pada kisaran defisiensi sehingga hasil TBS pada tanah mineral masam Bengkulu masih rendah. Serapan hara nitrogen sebesar 2.45%, fosfor sebesar 0.17% , dan kalium sebesar 0.0168%.

Pada tanah mineral masam, 1 ton TBS mempunyai kandungan N = 1,05 kg, P = 0,06 kg dan K = 0,01 kg (Penelitian dari Universitas Bengkulu). Sedangkan menurut PPKS 1 ton TBS, kandungan N = 2,9 kg sedangkan 1 ton Tandan Kosong Sawit (TKS) mengandung N= 1,4 kg N.

Aplikasi pupuk sangat diperlukan mengingat 1 ton tandan buah segar (TBS) kurang lebih setara dengan 6,3 kg urea (±2,9 kg N), 2,1 kg TSP, 7,3 kg MoP, dan 4,9 kg kiserit (Rahutomo et al, 2006).

[Dosis Pemupukan Kelapa Sawit]

Sumber: Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi Perkebunan