PEMANFAATAN PESTISIDA DENGAN BIJAKSANA

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana sangat merugikan bagi manusia dan lingkungan, dalam pengendalian hama terpadu (PHT) pemanfaatannya merupakan pilihan terakhir apabila dengan teknologi pengendalian lain tidak dapat menekan serangan OPT. Kondisi di lapangan sedikit sekali yang melaksanakan pemakaian pestisida dengan kriteria 6 tepat (tepat waktu, jenis tanaman, jumlah/dosis, sasaran/OPT aplikasi, tempat dan alat).

Beberapa hal yang perlu diketahui dalam pemanfaatan pestisida sebagai berikut :
1. Penggunaan pestisida dengan benar antara lain:
a. periksa masa berlakunya masih memenuhi syarat, juga kemasannya;
b. sesuai rekomendasi/yang diijinkan atau petunjuk penggunaan dari produsennya (sesuai label);
c. mengikuti parameter (kriteria 6 tepat, syarat, variable) aplikasi sesuai dengan metode aplikasi yang digunakan;
d. pestisida mampu menampilkan efikasi biologisnya secara optimal/efektif pada OPT sasaran dengan tidak menimbulkan kematian pada musuh alaminya.

2. Tolok ukur penyemprotan (bila diaplikasikan dengan penyemprotan) yang benar adalah:
a. ukuran butiran semprot (droplet size);
b. liputan yaitu jumlah butiran semprot yang menempel pada bidang sasaran;
c. distribusi semprot (vertikal dan horizontal);
d. recovery yaitu perbandingan liputan dengan dosis. Salah satu hal yang penting pada penyemprotan adalah recovery penyemprotan yang tinggi, kehilangan minimal dan deposit maksimal.

3. Ukuran butiran semprot optimal sangat dipengaruhi ukuran droplet yang digunakan, makin halus droplet keberhasilan penyemprotan cenderung semakin meningkat, namun ada sisi negatif yaitu drift/penguapan yang tinggi sehingga sangat membahayakan bagi pengguna dan lingkungan. Rekomendasi ukuran droplet insektisida dan fungisida 200-400 mikron.

4. Beberapa contoh tipe nozzle/mulut penyemprot antara lain :
a. nozzle kerucut karakter dropletnya halus untuk insektisida dan fungisida;
b. nozzle kipas dropletnya sedang untuk insektisida, fungisida dan herbisida;
c. nozzle rata karakter dropletnya sedang untuk herbisida;
d. nozzle senapan karakter dropletnya halus untuk insektisida dan fungisida

5. Faktor yang mempengaruhi kehilangan larutan semprot antara lain :
a. ukuran droplet;
b. jenis bidang sasaran misalnya daun mengandung lilin/daun tegak;
c. umur tanaman;
d. jarak tanaman;
e. cuaca (hujan/angin, drift/penguapan);
f. alat semprot.

6. Upaya untuk mengurangi kehilangan larutan semprot antara lain :
a. gunakan nozzle tepat dengan ukuran droplet sedang;
b. sprayer yang tepat, tidak menggunakan power sprayer ketika tanaman masih kecil;
c. jarak tanaman ke nozzle tepat, untuk sprayer punggung 30-50 cm;
d. volume semprot tidak berlebihan (optimal 400-600 liter/hektar untuk tanaman semusim);
e. perhatikan cuaca.

7. Gunakan pergiliran pestisida dengan merk dan kelas bahan kimia berbeda, campuran pestisida dapat dilakukan namun dengan campuran yang tepat dan takaran /dosis yang tepat dapat menunda/ memecahkan resistensi, namun bila tidak tepat akan menimbulkan multiple resistensi/resistensi ganda. Sebaliknya, apabila tidak memahami karakteristik bahan kimia pencampuran penggunaan pestisida.

8. Jangan menambah atau mengurangi takaran/dosis, menambah dosis akan meningkatkan tekanan seleksi akan boros, sebaliknya mengurangi dosis akan mendorong toleransi OPT terhadap pestisida (Sumber : Majalah triwulan Benih Bersemi, DIY)

APAKAH PUPUK ORGANIK BERDAMPAK SIGNIFIKAN?

Pengaruh penggunaan pupuk organik/blotong di salah satu PG di Jawa Tengah terhadap produktivitas tebu sekitar 695 kwintal/ha dengan rata-rata rendeman 8,6 %. Pupuk organik tersebut mempunyai peran yang sama dengan pupuk an-organik sebagai pupuk dasar.

Hasil penelitian di Riau menunjukkan bahwa aplikasi 40 ton TKS/ha pada tanah ditambah aplikasi pupuk N dan P sebesar 60% dosis standar kebun mampu meningkatkan produksi hingga 34% dibanding pemakaian pupuk anorganik dengan dosis standar kebun (Siahaan et al. 1997). Hal tersebut berarti terdapat pengurangan pupuk N dan P hingga 40% tanpa aplikasi pupuk K.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pupuk organik berdampak sangat signifikan bagi tanaman dan dapat digunakan untuk mengurangi penggunana pupuk anorganik.

TEKNIK PEMBUATAN PUPUK KOMPOS

Teknik pembuatan kompos Bio-TRIBA secara prinsif tidak jauh berbeda cara-cara kompos yang lain :

1. Bahan yang dapat digunakan al : pupuk kandang, jerami, arang sekam, dedak, serbuk gergaji, cocopit residu tanaman, limbah pasar , limbah rumah tangga dan limbah organic lainnya.

2. Bahan tersebut dihaluskan/dicacah dengan mesin kompos atau alat lainnya yang tersedia dikebun seperti parang parang terutama bahan tanaman seperti jerami, residu tanaman.

3. Setelah dihaluskan bahan tersebut ditumpuk secara beraturan contoh, jerami + serbuk gergaji + residu tanaman + kotoran hewan. Setelah tumpukan itu mencapai 25 – 30 cm selanjutnya disiram dengan larutan BioTRIBA. Diatas tumpukan tadi selanjutnya disusun lagi setinggi 25 – 30 cm dan disiram lagi dengan BioTRIBA, sampai mencapai ketinggiaan 1 – 1,2 m, kemudiaan ditutup dengan terpal atau sejenisnya.

4. Jumlah BioTRIBA yang digunakan ádalah 2 – 3 l/ton bahan mentah yang akan dikomposkan Untuk memperoleh larutan Bio-TRIBA maka BioTRIBA yang terdapat dalam botol/kemasan + air dicampur merata dosis 10 – 50 ml/l (tergantung pada kadar air bahan yang digunakan), makin basah bahan yang akan digunakan maka dosis yang digunakan makin tinggi atau jumlah air yang digunakan sebagai bahan pencampur lebih sedikit.

5. Bahan baku yang telah tersedia disiram larutan larutan BioTRIBA. Pencampuran dilakukan perlahan-lahan dan merata hingga kandungan air ± 30-40 %. Kandungan air yang diinginkan diuji dengan menggenggam bahan. Kandungan air 30-40 % ditandai dengan tidak menetesnya air bila bahan digenggam dan akan mekar bila genggaman dilepaskan.

6. Bahan yang telah dicampur tersebut diletakkan di atas tempat yang kering atau dapat juga dimasukkan ke dalam ember atau karung. Bila diletakkan di lantai, bahan sebaiknya ditumpuk secara teratur. Tumpukan bahan umumnya dapat setinggi 1 - 1,2 m. Setelah itu, tumpukan bahan ditutup dengan plastic, karung goni atau terpal.

7. Suhu tumpukan secara bertahap akan meningkat dari 25 C, 30C, 40C sampai mencapai 50 – 60 C proses ini berlangsung selama 5 – 8 hari ( tergantung tinggi tumpukan dan kehalusan bahan).

8. Selanjutnya secara bertahap suhu akan turun kembali sampai mencapai normal. Apabila suhu sudah stabil( berkisar 25 – 30 C), maka proses pengomposan telah selesai Lama proses fermentasi ini berlangsung tergantung bahan yang digunakan yaitu berkisar 1 – 3 minggu.

9. Setelah bahan menjadi kompos, maka penutup seperti plastic, terpal, karung goni dapat dibuka. Pupuk oraganikTRIBA ini dicirikan dengan warna hitam, gembur, tidak panas dan tidak berbau. Dalam kondisi seperti itu, kompos BioTRIBA telah dapat digunakan sebagai pupuk.

BEBERAPA KENDALA PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK DI LAPANGAN


Ada berapa masalah terkait dengan penyediaan pupuk organik

Pertama, Kadar haranya rendah sehingga bulky dan jika diaplikasikan memerlukan biaya transport yang cukup tinggi.. Oleh karena itu pupuk organik perlu dikembangkan di berbagai daerah sehingga biaya distribusinya dapat ditekan.

Kedua, sehubungan dengan sifatnya bulky perlu dilakukan riset-riset menuju riset nano-technology sehingga mengarahkan pada . pemberian pupuk organik dalam volume yang tidak bulky . seperti asam humat dan asam fulvat dan lain-lain.

Ketiga, butir yang penting dari istilah komplementer pupuk organik dengan pupuk anorganik adalah bagaimana peranan pupuk organik dalam meningkatkan efektivitas hara anorganik. Keduanya dibutuhkan, perbandingan tergantung kondis i tanah dan kebutuhan tanaman dalam prinsip "pupuk berimbang plus" yang berarti tidak hanya dalam hal hara, tertapi juga dalam kadar C organik tanah.

Kelemahan atau kekurangan unsur hara pupuk organik untuk penggunaan spesifik pertanian organik, jangan sampai menjadi preseden untuk menambahkan mineral anorganik dan, sebagainya.

Hal ini tentu perlu menjadi perhatian bagi para produsen benih terkait adanya masalah tersebut. Sehingga keualitas pupuk organic ke depan dapat ditingkatkan.